Iya... Sebentar


Gue pingin jadi bokap yang nyantai, yang asyik
Yang bisa berteman dengan anak gue
Tapi dia tetap tahu sopan santun
Tahu tetap cara bertata krama
Tahu tetap behave dan bisa menempatkan dirinya aja, sih

Ayah pertanyakan keputusanku kontrak rumah
Seakan harga tanah semurah saat ia belia
Bunda pertanyakan keputusanku tak menikah
Seakan biaya pendidikan semurah dahulu kala

Awan mempertanyakan minimku berolahraga
Sedikit lagi kiamat, sehatku tidak berguna
Lalu kau pertanyakan apiku kini memudar
Iya sebentar, ku perlu waktu untuk berbinar

Masih bisa kau haha-hihi di tengah pusara?
Dunia sisa lara, aku makan yang seadanya
Bulatkan hatiku sepenuhnya ikhlas berkarya
Masih saja iri diri dengan yang lebih ada

Iya sebentar, beri aku waktu ‘tuk mencerna
Nasib yang sial, aku tak minta ‘tuk dilahirkan
Aku mual, perlahan semua menjadi banal
Aku menyerah melihat kotaku disfungsional

Iya sebentar, beri aku waktu ‘tuk berdiam
Dalam ketidakberdayaan melawan negara
Dalam ketidakberdayaan melawan dunia
Dalam ketidakberdayaanku melawan sukma

Iya sebentar, beri aku waktu ‘tuk berdiam
Dalam ketidakberdayaan melawan negara
Dalam ketidakberdayaan melawan dunia
Dalam ketidakberdayaanku melawan sukma

Iya sebentar, beri aku waktu ‘tuk berdiam
Dalam ketidakberdayaan melawan negara
Dalam ketidakberdayaan melawan dunia
Dalam ketidakberdayaanku melawan sukma